Beberapa tahun lalu riuh dengan era 4.0 yang sampai kini tidak jelas kelanjutannya. Ruh dari revolusi industr1 4.0 tetap berkembang dan melaju dengan pesat namun kebanyakan kita menanggapi dengan kebingungan. Entah tidak paham atau sudah mengerti tapi tidak tahu akan melakukan apa. Dulu kita mendengar di era 4.0 dunia pendidikan akan mengalami disrupsi dengan adanya perkembangan tekhnologi. Salah satunya melahirkan virtual academic course yang merupakan Pembelajaran Daring Inovatif. Kelas virtual ini dosennya dari sekolah bonafit yang sangat kompeten membuka kelas daring dan bisa diikuti mahasiswa dari belahan dunia mana saja. Namun kita semuanya menganggap itu cuma sebagai wacana dan impian di masa depan yang tidak jelas kapan akan dimulainya.
Pandemi Covid 19 secara tiba-tiba datang dan memaksa impian secara prematur menjadi realitas. Dunia pendidikan yang masih terlelap dengan kemapanannya, dengan mata masih terpicing dan masih setengah sadar memaksa diri untuk menelan realitas. Kini kita tergopoh-gopoh menerapkan teknologi dengan gagap dan gamang untuk pembelajaran daring sembari mengerutuk saban hari.
Pembelajaran Daring Bukan Kutukan
Ada sebagian kecil lembaga pendidikan yang sudah terbiasa memanfaatkan pembelajaran jarak jauh. Bahkan pada tahun 80 an, UGM sduah memanfaatkan teknologi CCTV untuk kuliah umum dimana seorang dosen mengajar untuk 4 Fakultas sekaligus dengan sejumlah 500 mahasiswa. Namun saat itu mahasiswa tetap berkumpul dalam ruangn dan terbagi dalam 5 kelas. Universitas terbuka juga sempat beberapa kali melakukan perkuliahan melalui TV nasional yang mahasiswanya tersebar diseluruh Indonesia.
Kini hampir semua institusi pendidikan diwajibkan mengadakan proses belajar megajar melalui daring. Semuanya tergagap pasrah dengan keadaan. Dengan kondisi ini semuanya menjalani proses belajar mengajar dengan seadanya dan terus berdoa segera kembali seperti semula.
Meningkatkan SDM Untuk Pembelajaran Daring Inovatif
Mengapa menjalani proses pembelajaran daring dengan seadanya dan selalu berharap kondisi kembali seperti sebelum pandemi. Sebaiknya lupakan kondisi yang telah lampau, kita focus saja pada peningkatan kualitas pembelajaran daring yang kita anggap bahwa kondisi akan berlanjut lama sampai puluhan tahun kedepan. Segera kita tingkatkan kemampuan SDM dalam penyelenggaraan daring. Guru, teknisi dan perencana pemebalajaran harus terus berinovasi agar proses pendidikan bisa melahirkan manusia yang cerdas dan berkualitas seperti halnya pendidikan yang terdahulu.
Meningkatkan Sarana Prasarana Pembelajaran Daring Inovatif
Sarana dan prasarana harus dipilih dengan tepat sesuai kemanfaatannya. Peralatan yang ada pada umumnya melebihi dari memadai, mahal dan berkualitas namun penggunaan yang tepat yang belum diterapkan. Sebagaimana smartphone yang kita miliki, pada umumnya hanya digunakan sedikit sekali dari kemampuan yang sebernarnya ada. Demikian pula TV digital, Speaker aktif, stage/panggung, Handycam, Kamera dan lain-lain yang umumnya sudah dimiliki sebuah institusi pendidikan belum digunakan sepenuhnya untuk mendukung peningkatan kualitas daring.
Membuka cabang/meluaskan kelas dengan pembelajaran daring
Pembelajaran daring yang didukung SDM dan sarana-prasarana berkualitas dan tepat pemanfaatannya akan menghasilkan proses belajar yang menyenangkan. Pembelajaran daring yang bagus tentu saja mampu memberi motivasi bagi seluruh peserta didik dan dengan kreatifitas pengajaran menjaga semangat belajar dan merangsang untuk selalu kreatif. Sistem pembelajaran yang seperti akan menghasilkan kualitas lulusan yang bagus tidak kalah dengan sistem pemebelajaran konvensional.
Pembelajaran Daring Menguasai Dunia
Bila pembelajaran daring sudah menjadi kebiasaan baru akan merubah bentuk sebuah universitas atau perguruan tinggi. Menyebuat sebuah kampus sudah tidak lagi membayangkan sebuah gedung besar luas dan megah, namun lebih pada kualitas sistem pendidikannya dan canggihnya penyelenggaraan daring. Dengan sistem ini batas-batas yang yang menghambat berkembangnya perguruan tinggi konvensional akan pudar. Kuliah tidak lagi dibatasi jarak dan waktu dan bahkan biaya. Karena biaya penyelenggaraan kuliah pada akhirnya akan bisa ditekan semakin minimal.